ARV, Mengobati Yang Tidak Dapat Diobati

ARV, Mengobati Yang Tidak Dapat Diobati

Ulasan Special Talkshow Program 18+, di Radio Elfara FM Malang 89,6 Mhz. Jumat 26 Juli  2019, 21:00WIB

Haloo sahabat Lingga Indonesia yang tadi nyimak siaran talkshow kami, sudah pada tau kan apa itu ART? Nah, bagi sahabat yang belum sempet nih ngikuti acara talkshow kami, akan kami ulas disini semua tentang ART.

Penemuan HIV hampir ada pada setiap aspek kesehatan, mengingat angka HIV di Indonesia terus mengalami peningkatan. Lantas adakah formula khusus yang saat ini mampu untuk menekan jumlah virus HIV terhadap darah yang sudah terinfeksi HIV? Untuk saat ini masih belum ada obat yang secara mutlak bisa menyembuhkan HIV, akan tetapi terdapat metode untuk menekan jumlah virus HIV di dalam tubuh orang yang sudah terinfeksi, yaitu dengan terapi ARV.

Apa sih terapinya?

Terapi terhadap klien HIV biasa disebut dengan terapi ARV. Nah, ARV sendiri adalah mengobati infeksi HIV dengan beberapa obat. Karena HIV adalah retrovirus, obat ini biasa disebut sebagai obat antiretroviral (ARV). ARV tidak membunuh virus itu. Namun, ART dapat melambatkan pertumbuhan virus. Waktu pertumbuhan virus dilambatkan, begitu juga penyakit HIV.

Ada berapa macam ARV itu?

Setiap tipe atau ‘golongan’ ARV menyerang HIV dengan cara berbeda. Saat ini ada lima golongan obat disetujui di AS.

Golongan obat anti-HIV pertama adalah nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NRTI, juga disebut analog nukleosida. Obat golongan ini menghambat langkah keempat di atas, yaitu perubahan bahan genetik HIV dari bentuk RNA menjadi bentuk DNA yang dibutuhkan dalam langkah berikut. Obat dalam golongan ini yang disetujui di AS dan masih dibuat adalah:

  • 3TC (lamivudin)
  • Abacavir (ABC)
  • AZT (ZDV, zidovudin)
  • d4T (stavudin)
  • ddI (didanosin)
  • Emtrisitabin (FTC)
  • Tenofovir (TDF; analog nukleotida)

Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor atau NNRTI menghambat langkah yang sama dalam siklus hidup HIV, tetapi dengan cara lain. Lima NNRTI disetujui di AS:

  • Delavirdin (DLV)
  • Efavirenz (EFV)
  • Etravirin (ETV)
  • Nevirapin (NVP)
  • Rilpivirin (RPV)

Protease inhibitor (PI) menghambat langkah kesepuluh, dengan bahan virus baru dipotong sesuai untuk membuat virus baru. Sembilan PI disetujui dan masih dibuat di AS:

  • Atazanavir (ATV)
  • Darunavir (DRV)
  • Fosamprenavir (FPV)
  • Indinavir (IDV)
  • Lopinavir (LPV)
  • Nelfinavir (NFV)
  • Ritonavir (RTV)
  • Saquinavir (SQV)
  • Tipranavir (TPV)

Entry inhibitor mencegah pengikatan dan pemasukan HIV pada sel dengan menghambat langkah kedua dari siklus hidupnya. Dua obat golongan ini sudah disetujui di AS:

  • Enfuvirtid (T-20)
  • Maraviroc (MVC)

Integrase inhibitor (INI). Obat golongan ini mencegah pemaduan kode genetik HIV dengan kode genetik sel dengan menghambat langkah kelima dari siklus hidupnya. Sudah tersedia tiga obat INI:

  • Dolutegravir (DTG)
  • Elvitegravir (EGV)
  • Raltegravir (RGV)

Namun elvitegravir hanya disetujui sebagai kandungan dalam Stribild, pil kombinasi dengan cobicistat, emtricitabine dan tenofovir.

 

Bagaimana Obat Ini Dipakai?

Obat ARV umumnya dipakai dalam gabungan dengan tiga atau lebih ARV dari lebih dari satu golongan. Hal ini disebut sebagai terapi kombinasi, atau ART ( Antiretroviral Therapy). ART bekerja jauh lebih baik daripada hanya satu ARV sendiri. Cara penggunaan obat ini mencegah munculnya resistansi.

Produsen ARV terus-menerus berupaya untuk membuat obatnya lebih mudah dipakai, dan sudah menggabung dua atau lebih jenis obat dalam satu pil.

Apa Resistansi terhadap Obat Itu?

Waktu HIV menggandakan diri, sebagian dari bibit HIV baru dapat menjadi sedikit berbeda dengan aslinya. Jenis berbeda ini disebut mutan. Kebanyakan mutan langsung mati, tetapi beberapa di antaranya terus menggandakan diri, walaupun kita tetap memakai ART – mutan tersebut ternyata kebal terhadap obat. Jika ini terjadi, obat tidak bekerja lagi. Hal ini disebut sebagai ‘mengembangkan resistansi’ terhadap obat tersebut. untuk informasi lebih lanjut tentang resistansi.

Jika hanya satu jenis ARV dipakai, virus secara mudah mengembangkan resistansi terhadapnya. Oleh karena itu, penggunaan hanya satu jenis ARV (yang disebut monoterapi) tidak dianjurkan. Tetapi jika dua jenis obat dipakai, virus mutan harus unggul terhadap dua obat ini sekaligus. Dan jika tiga jenis obat dipakai, kemungkinan munculnya mutan yang dapat sekaligus unggul terhadap semuanya sangat kecil. Penggunaan kombinasi tiga jenis ARV berarti membutuhkan jauh lebih lama untuk mengembangkan resistansi.

Kapan Sebaiknya ARV Mulai?

Belum ada jawaban yang jelas untuk pertanyaan ini. Sebagian besar dokter akan mempertimbangkan jumlah CD4, dan gejala yang kita alami. Menurut pedoman WHO, ART sebaiknya dimulai sebelum CD4 turun di bawah 350, bila kita hamil, kita alami TB aktif, kita membutuhkan terapi untuk virus hepatitis B (HBV), atau kita mempunyai gejala penyakit terkait HIV yang sedang atau berat. Kriteria untuk mulai ditentukan dalam Pedoman ART Kemenkes. Keputusan untuk memulai ART sangat penting, dan sebaiknya dibahas dahulu dengan dokter. Untuk informasi lebih lanjut mengenai mulai ART, lihat buku kecil Yayasan Spiritia “Pengobatan untuk AIDS: Ingin Mulai?”

Obat Apa yang Sebaiknya Kita Pakai?

ARV dipilih berdasarkan resistansi HIV terhadap obat, kesehatan kita (misalnya, ada penyakit hati atau ginjal) dan faktor pola hidup. Namun tidak semua ARV di atas tersedia di Indonesia, sehingga pilihan berdasarkan Pedoman ART. Sementara paduan ART umumnya ditahan dengan baik, setiap ARV, sama seperti semua obat lain, dapat menimbulkan efek samping. Beberapa efek samping ini gawat. Lihat Lembaran Informasi untuk masing-masing obat. Setiap orang berbeda, dan kita, bersama dengan dokter, harus memutuskan obat apa yang kita pilih.

Kepatuhan terhadap ART sangat penting. Tes viral load dipakai untuk menentukan apakah ART bekerja sebagaimana mestinya. Bila viral load kita tidak turun, atau turun tetapi naik kembali, mungkin kita harus beralih ke kombinasi ARV lain.

 

 

 

Sumber rujukan : Spiritia

Sekolah Desa Mendapat Apresiasi Dari DPMD Kabupaten Malang

Sekolah Desa Mendapat Apresiasi Dari DPMD Kabupaten Malang

Linggaindonesia.com, Kepanjen – Sekolah Desa yang di gelar Sabtu (20/07/2019), di Desa Curungrejo – Kepanjen yang di gawangi oleh Yayasan Satu Indonesia, selain peserta yang sangat respon juga mendapat apresiasi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa Kabupaten Malang Jawa Timur.

Even perdana tersebut dihadiri tidak hanya dari para aparatur desa dan kades, melainkan juga dari berbagai unsur pegiat sosial.

Suwadji selaku kepala DPMD Kabupaten Malang, mengakui perlu adanya edukasi terkait penggunaan keuangan desa sesuai degan regulasi maupun aturan.Perlu adanya edukasi terkait penggunaan keuangan desa sesuai degan regulasi maupun aturan.

.Selain itu pengawalan penggunaan dana desa juga harus dilakukan oleh masyarakat,LSM, Maupun unsur lainnya.

“Pengawalan mutlak harus dilakukan, yang melakukan pengawalan harus mempunyai ilmunya, jangan sampai ADD disalah gunakan ada duek di dom (ada uang di bagi – bagi)” terangnya.

Lebih lanjut dia menjelaskan, kegiatan semacam ini masih jarang digelar di Kabupaten Malang, dan berharap kedepan akan ada kegiatan serupa dan bisa dilakukan di desa – desa di Kabupaten Malang.

Baca juga: Prihatin Dengan Maraknya Kades Tersangkut Kasus Korupsi, Sekolah Desa Di Gelar 

Mantan Kabag Humas Pemkab Malang tersebut juga menegaskan dalam sambutannya, sejumlah 269 Kepala Desa terpilih setelah dilantik nanti agar segera menyusun RPJMDes dengan skala prioritas meningkatkan taraf hidup, mengentaskan kemiskinan, dan kesejahteraan.

“keuangan harus transparansi, setiap desa wajib publikasi di tempat strategis” tuturnya

Dia juga berharap melalui kegiatan tersebut dapat meningkatkan kemampuan serta kapasitas aparatur desa.

Sebagai informasi, bahwa Sekolah Desa ini bekerjasama antara 6 lembaga sosial (Padepokan Cinta Tanah Air, Yayasan Satu Indonesia, UNIRA, Ansor Institute, PC Ansor, Vikatama Training Center) dengan media partner Timesindonesia, juga di dukung oleh Lingkar Gagasan Indonesia.(*)

Penulis  :Iwan
Editor   :
Publisher:Lingga Indonesia

Prihatin Dengan Maraknya Kades Tersangkut Korupsi, “Sekolah Desa” Digelar

Prihatin Dengan Maraknya Kades Tersangkut Korupsi, “Sekolah Desa” Digelar

Linggaindonesia.com, Kepanjen – Padepokan Cinta Tanah Air menggelar Sekolah Desa, pada Sabtu (20/07/2019) berawal dari keprihatinan para pegiat sosial terhadap para kades maupun perangkat desa yang tersangkut kasus korupsi di Kabupaten Malang.  

Terlihat tidak hanya kepala desa beserta perangkat desa se Kabupaten Malang yang berpatisipasi dalam kegiatan perdana tersebut. Melainkan juga diikuti oleh mahasiswa, organisasi kepemudaan serta lembaga Swadaya Masyarakat.

Di dapuk sebagai fasilitator dalam kegiatan tersebut yakni Tenaga Ahli Pengembangan Kapasitas Aparatur Desa, Fakhrul Riza dan M. Iksan, merupakan pentolan Yayasan Satu Indonesia.

suasana sekolah desa

Selain itu dalam kegiatan tersebut seluruh peserta Sekolah Desa selain mendapat materi secara gratis juga mendapatkan sertifikat atas partisipasinya. Tidak terkecuali Direktur Lingga Idonesia, Rifan Ansori juga mendapatkan sertifikat.

M. Iksan menjelaskan, pihaknya prihatin dengan maraknya kepala desa maupun perangkat desa yang terjerat kasus korupsi keuangan desa.

“Ada dua jenis kepala desa maupun perangkat yang tersangkut korupsi. Pertama, tidak paham sistem maupun aturannya. Kedua, memang sengaja melakukan korupsi,” ungkapnya.

Berlatar belakang masalah itu, pihaknya menggelar Sekolah Desa yang melibatkan seluruh komponen maupun pemangku kepentingan terkait keuangan desa.

“InsyaAllah kegiatan Sekolah Desa tersebut akan dibuka oleh Bapak Suwadji, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa,” tuturnya.

Selanjutnya dia berharap melalui Sekolah Desa yang diselenggarakan Padepokan Cinta Tanah Air  ini, kepala desa maupun perangkatnya paham mengenai aturan dan mekanisme penggunaan keuangan desa. (*)

Sebelumnya sudah di beritakan di (Timesindonesia.com)

  • Penulis :
    Editor :
    Publisher: