by Yoga Ardianta | Jun 30, 2022 | Artikel |
Sebuah Artikel.
Apa yang ada di pikiran kalian saat mendengar kata plastik? Sesuatu yang ringan, praktis, mudah dibawa dan beraneka bentuknya ataukah merujuk pada bentuknya seperti tas kresek (Kantong plastik), kantong belanjaan, handphone, sepeda motor, botol, wadah sayur, kemasan makanan dan masih banyak lagi, ataukah juga benda itu saat ini dianggap menjadi biang penyebab kerusakan lingkungan. Padahal sedari awal ditemukannya, plastik ditujukan untuk pelestarian lingkungan. Lha mengapa sekarang plastik di kambing hitamkan merusak lingkungan.
Ya, itulah plastik, salah satu ‘keajaiban’ penemuan masyarakat modern. Ibarat seperti dua sisi mata uang, pada salah satu sisi begitu banyak manfaatnya bagi kehidupan manusia, sedangkan sisi yang lainnya (sampah) plastik menjadi penyebab kerusakan lingkungan. Irisan sisi ini begitu tajam dan saling bertolak belakang dari asal benda yang sama.
Nah, untuk itu mari kita per jelas manfaat plastik itu seperti apa dan bagaimana dampaknya bagi lingkungan.
Manfaat Plastik
Menurut Masyarakat Industri Plastik (Society of the Plastics Industry/SPI), terdapat sejumlah manfaat plastik yang tidak dapat ditandingi bahan lain. Plastik bersifat ringan, mudah dibentuk, kuat, dan tidak mahal. Plastik mempunyai kemampuan dalam melindungi produk dari kontaminasi dan membuatnya berguna dalam lingkungan medis yang steril, seperti rumah sakit. Plastik banyak dimanfaatkan sebagai botol kemasan, pembungkus makanan, kerajinan, peralatan kebutuhan rumah tangga, wadah penyimpanan, dan sebagainya. Saat ini teknologi pembuatan plastik sudah berkembang pesat sehingga dengan pencampuran serat karbon ringan bisa di aplikasi kan dalam pembuatan perlengkapan kendaraan dan pesawat yang berpengaruh terhadap bobot kendaraan menjadi lebih ringan dan berdampak terhadap penghematan BBM.
Sebagaimana yang dilansir dari Media Indonesia, bahwa British Plastics Federation (BPI), menyebutkan 105 kg plastik kurang lebih setara dengan bahan tradisional yang seberat 1.000 kg, Pada mobil memungkinkan penghematan bahan bakar 750 liter untuk jangka 90 ribu mil. Hal ini mengurangi konsumsi minyak sebesar 12 juta ton. Tanpa plastik, berat kemasan dapat meningkat sebanyak 400% sehingga biaya produksi dan energi bisa berlipat ganda, dan pemborosan bahan melesat hingga 150%. Kantong plastik berbobot enam kali lebih sedikit dari bahan alternatif.
Melihat hal itu tidak bisa dipungkiri banyak manfaat plastik yang dirasakan dalam kehidupan sehari – hari selain karena kepraktisan, kekuatan, kemampuan sebagai kemasan untuk melindungi produk ternyata plastik juga berpengaruh dalam menghemat energi mulai dari tingkat produksi sampai pada penggunaannya.
Masalah Dan Ancaman Nyata Sampah Plastik.
Selain manfaat plastik yang sedemikian banyak, plastik juga menjadi masalah utama penyebab pencemaran lingkungan. Sifat plastik tidak mudah terurai dan membutuhkan waktu sampai ratusan tahun untuk terurai alami, menjadi permasalahan yang serius untuk ke berlangsungan lingkungan yang sehat.. Plastik yang kita gunakan akan berubah menjadi polutan yang membahayakan lingkungan. Data World Bank menyebutkan, kota-kota di dunia menghasilkan sampah plastik hingga 1,3 miliar ton setiap tahun. World Bank memperkirakan, jumlah ini akan bertambah hingga 2,2 miliar ton pada tahun 2025. Sedangkan di Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 64 juta ton/ tahun, terbanyak kedua setelah Negara China. Hal ini tidak lepas dari meningkatnya produksi barang-barang plastic ”sekali pakai”, namun tidak diimbangi dengan kesadaran yang bijak dalam menggunakan plastik dan kemampuan untuk menangani limbahnya.
Dampak yang muncul dari adanya sampah plastik ini bisa mengancam seluruh sektor kehidupan manusia maupun lingkungan karena semuanya saling terhubung dan saling mempengaruhi.
Selain itu, terdapat zat beracun yang dilepaskan ke dalam tanah ketika kantong plastik rusak di bawah sinar matahari dan, jika kantong plastik dibakar, mereka melepaskan zat beracun ke udara yang menyebabkan polusi udara dan bisa berdampak terhadap kesehatan. Sampah plastik yang terperangkap di sepanjang garis pantai maupun di tempat – tempat pariwisata yang belum terkelola dengan baik, tidak hanya memberi dampak pada lingkungan, tapi juga merugikan secara ekonomi. Begitu juga dampak terhadap pertanian, dimana sampah plastik dapat mengganggu produktivitas pertanian.
Dengan mengetahui manfaat plastik dan masalah sampah plastik ini, setidaknya hal ini mampu menggugah kesadaran kita untuk peduli pada lingkungan dan bijak dalam menggunakan plastik. Membangun sebuah hubungan spiritualisme dengan alam sebagai tempat pijak dan hidup manusia, sehingga akan tercipta keseimbangan dan harmonisasi yang selaras dengan alam. Salah satunya dengan membangun gerakan sadar lingkungan bebas sampah plastik.
#AksiBijakPlastik
by Yoga Ardianta | Jun 20, 2022 | Artikel |
Mendengar kata plastik, tentunya yang ada di pikiran kita adalah sebuah benda atau barang yang ringan, praktis, kuat dan simpel yang digunakan sebagai wadah atau kemasan untuk membawa atau menyimpan makanan, minuman atau barang belanjaan, peralatan rumah tangga, perlengkapan kendaraan bermotor, peralatan elektronik sampai kantong kresek.
Plastik, dengan sifatnya yang lentur, ringan, praktis dan ekonomis, membuatnya sangat digemari untuk menunjang dan memudahkan manusia dalam aktivitas sehari –hari. Akan tetapi, tahukah anda bagaimana plastik bisa ditemukan oleh manusia?
Sejarah Plastik
Tahun 1862
Sejarah plastik di muka bumi ini diawali oleh Alexander Parkes yang pertama kali memperkenalkan plastik pada sebuah eksibisi internasional di London, Inggris pada tahun 1862. Plastik temuan Parkes disebut Parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa Parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk. Sayangnya, temuannya ini tidak bisa ‘dimasyarakatkan’ karena mahalnya bahan baku yang digunakan.
Tahun 1907
Kemudian pada tahun 1907 bahan sintetis pertama buatan manusia ditemukan oleh seorang ahli kimia dari New York, Leo Baekeland. Dirinya mengembangkan resin (getah) cair yang diberi nama Bakelite. Material baru ini tidak terbakar, tidak meleleh dan tidak mencair di dalam larutan asam cuka. Dengan demikian, sekali bahan ini terbentuk maka tidak akan bisa berubah. Bakelite ini bisa ditambahkan ke berbagai material lainnya seperti kayu lunak.
Tahun 1933
Pada tahun 1933, Ralph Wiley, pekerja lab di perusahaan kimia Dow, secara tidak sengaja menemukan plastik jenis lain yaitu Polyvinylidene Chloride atau populer dengan sebutan Saran. Saran pertama kali digunakan untuk peralatan militer, namun belakangan diketahui bahwa bahan ini cocok digunakan sebagai pembungkus makanan. Saran dapat melekat di hampir setiap perabotan seperti mangkuk, piring, panci, dan bahkan di lapisan saran sendiri. Tidak heran jika saran digunakan untuk menyimpan makanan agar kesegaran makanan tersebut terjaga. Kemudian pada tahun yang sama, dua orang ahli kimia organik bernama E.W. Fawcett dan R.O. Gibson yang bekerja di Imperial Chemical Industries Research Laboratory, menemukan Polyethylene. Temuan mereka ini mempunyai dampak yang amat besar bagi dunia (dampak baik atau sebaliknya ya…hmmm). Karena ringan dan tipis, pada masa Perang Dunia II bahan ini digunakan sebagai pelapis untuk kabel bawah air dan sebagai isolasi untuk radar.
Tahun 1940
Pada tahun 1940 penggunaan polyethylene sebagai bahan isolasi mampu mengurangi berat radar sebesar 600 pounds atau sekitar 270 kg. Setelah perang berakhir, plastik inilah yang menjadi semakin populer, dan saat ini digunakan untuk membuat botol minuman, jerigen, tas belanja atau tas kresek, dan kontainer untuk menyimpan makanan.
Sebelum plastik ditemukan, dunia industri sangat bergantung pada alam, dengan melakukan pemotongan pohon untuk dijadikan kertas (kantong kertas dan semacamnya laah..) sehingga darurat pemotongan pohon dan menghabiskan persediaan pohon yang penting bagi ketersediaan oksigen dan pelestarian lingkungan.
Sedangkan penggunaan material lainnya seperti logam, batu, tulang, tanduk, taring, juga tidak mudah didapatkan dan tidak mudah pula untuk diproses. Para ilmuwan kemudian mencari alternatif material lain yang bisa diproduksi secara massal, ringan, kuat, tahan lama, murah, dan tidak sepenuhnya bergantung pada sumber daya alam. Nah…, kenal lah kita saat ini dengan yang namanya ‘plastik’.
“Tujuan awal ditemukannya palstik yaitu menyelamatkan lingkungan yang waktu itu darurat pemotongan pohon gara-gara pakai kantong kertas”
Disaat plastik mulai ditemukan dan berkembang, revolusi plastik pun dimulai dari dunia industri. Meski sebagian besar karena alasan ekonomis dan praktis, namun keberadaan plastik saat ini membuat kita kewalahan dengan sampah yang dihasilkannya. Plastik merupakan salah satu penemuan terbaik manusia yang awal diciptakannya salah satunya sebagai solusi untuk menjaga ketersediaan sumber daya alami di bumi.
Saat ini keberadaan plastik sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan umat manusia. Hampir semua hajat hidup manusia tidak terlepas dari penggunaan plastik. Penggunaan plastik dari waktu ke waktu terus mengalami peningkatan yang signifikan.
Berdasarkan data dari Asosiasi Industri Plastik, Indonesia menempati peringkat kedua setelah China sebagai negara penghasil sampah plastik terbanyak yang mencapai 64 juta ton/tahun. Sebanyak 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut. Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan dan berdampak buruk terhadap lingkungan, karena plastik sulit terurai di alam dan pemakaian waktu lama juga berbahaya bagi kesehatan. Upaya pencegahan kerusakan lingkungan saat ini menjadi tanggung jawab bersama kita. Setidaknya dimulai dari diri kita sendiri, keluarga, dan lingkungan terdekat kita sampai nantinya menjadi gerakan yang lebih luas untuk bijak menggunakan plastik, tidak menggunakannya untuk sekali pakai. Membangun perilaku yang ramah terhadap lingkungan dengan salah satunya melakukan Gerakan Sadar Lingkungan Bebas Sampah Plastik.
Edit : Iwan
by Yoga Ardianta | Jun 9, 2022 | Artikel |
JIKA …
‘Jika Bumi adalah Ibu, Kita Manusia Memperkosa Ibunya
Setiap Hari, Setiap Jam, Setiap Menit, Setiap Detik
Jika Laut Adalah Ibu, Kita Manusia Memperkosa Ibunya
Setiap Hari, Setiap Jam, Setiap Menit, Setiap Detik
Jika Hutan Adalah Ibu, Kita Manusia Memperkosa Ibunya
Setiap Hari, Setiap Jam, Setiap Menit, Setiap Detik’
Penggalan lirik lagu yang berjudul ‘Lagu Bebal’ yang dinyanyikan oleh grup musik balada Sisir Tanah, menggambarkan pesan bahwasanya bumi yang digambarkan sebagai seorang ibu sebagai tempat pijakan semua makhluk hidup saat ini sedang dalam keadaan kritis dan rusak akibat ulah manusia, apabila kondisi itu tidak segera diselamatkan niscaya bumi tidak akan mampu mendukung kehidupan selanjutnya.
Salah satu momentum yang ada di bulan Juni berkaitan dengan persoalan lingkungan adalah adanya peringatan Hari Lingkungan Hidup Dunia (World Environment Day). Sejarah peringatan World Environment Day (WED) di ambil pada saat Konferensi Stocklom tahun 1972 yang merupakan konferensi tingkat dunia pertama yang membahas isu lingkungan dan meletakkan dasar untuk pengaturan global mengenai perlindungan lingkungan. Majelis umum PBB menyampaikan bahwa Bumi menghadapi tiga masalah utama yaitu :
- Iklim yang meningkat dengan sangat cepat bagi manusia dan alam untuk beradaptasi.
- Hilangnya habitat dan factor lain yang menyebabkan sekitar 1 juta spesies terancam punah.
- Polusi yang terus meracuni udara, tanah dan air.
PBB menyampaikan jalan keluar dari masalah ini adalah mengubah ekonomi dan masyarakat kita menjadi inklusif, adil, dan lebih terhubung dengan alam. Kita harus beralih dari merusak planet ini menjadi memperbaiki planet ini.
Dengan kondisi sekarang, banyak organisasi – organisasi lingkungan hidup bekerja dengan tujuan untuk menyelamatkan planet bumi supaya tetap bisa mendukung kehidupan ke depan. Organisasi – organisasi ini bekerja pada berbagai level di masyarakat dan pemerintah.
Lingga Indonesia dalam momentum World Environment Day pada bulan Juni ini berkesempatan untuk mengikuti kegiatan Webinar organisasi Campaign.com, salah satu organisasi kampanye dengan platform digital yang menyuarakan isu – isu perubahan sosial dan mendorongnya menjadi gerakan kampanye bersama. Webinar dilakukan pada tanggal 9 Juni 2022 dengan mengambil tema kegiatan Organizers Fair: Better Earth, Better World yang membahas tentang permasalahan – permasalahan yang terjadi pada lingkungan dan merusak bumi sebagai tempat tinggal bagi seluruh makhluk hidup. Hadir sebagai narasumber dalam kegiatan ini Hanna Astaranti – . Kegiatan ini di ikuti oleh banyak organisasi yang berfokus pada isu lingkungan yang di motori oleh anak – anak muda yang turut mengambil bagian dalam upaya pencegahan kerusakan lingkungan di Indonesia, seperti di antaranya organisasi dari Aceh, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Malang, Bali hingga Maluku. Proses awal setelah perkenalan, dilanjutkan dengan sesi diskusi dimana dari fasilitator diskusi menyampaikan pertanyaan bagaimana caranya mengatasi pemanasan global. Masing – masing peserta memberikan pendapatnya dan saling berbagi pengalaman dari berbagai wilayah dan hampir secara keseluruhan menyoroti salah satu persoalan kerusakan lingkungan adalah adanya penggunaan plastik yang semakin tidak terkendali dan pengelolaan sampah plastik yang tidak maksimal. Selain itu juga tingkat kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam membuang dan mengelola sampah dan perilaku ‘nyampah’ dimana – mana masih cukup tinggi seperti tempat umum, tempat wisata, di sungai yang berdampak terhadap lingkungan lebih luas dan perjalanan sampah berakhir di laut.
Tangkapan layar webinar Campaign.com
Lingga Indonesia sebagai organisasi perubahan sosial dengan tajuk Community Organizing For Action terus berupaya terllibat dalam kerja – kerja pengorganisasian komunitas untuk mendorong lahirnya aksi sosial di masyarakat yang berdampak terhadap adanya perbaikan lingkungan. Melalui momentum Satu Bumi untuk Masa Depan, Lingga Indonesia selanjutnya akan membangun kampanye dan aksi untuk mendorong masyarakat lebih peduli terhadap lingkungan dan persoalan plastik, khususnya masyarakat di Malang Raya dengan harapan kepedulian kolektif terhadap lingkungan hidup adalah sebuah investasi masa depan yang akan diwariskan pada generasi selanjutnya dan menjadi sebuah hubungan yang harmonis dalam bumi manusia(*)
Recent Comments