CISDI & TRACK SDGS memulai kegiatan HiAP Innovation Bootcamp secara daring pada hari Jumat, 8 September 2023. Kegiatan ini dilakukan selama 6 kali pertemuan  di bulan September – Oktober 2023 tahun ini. Setidaknya terdapat 35 organisasi masyarakat sipil dan instansi dari 14 propinsi yang turut serta dalam kegiatan ini. Dalam kesempatan kali ini Lingga Indonesia dalam hal ini terpilih menjadi salah satu peserta kegiatan yang diwakili 2 orang.

SEJARAH HiAP

Health in All Policies (HiAP) adalah pendekatan kebijakan publik lintas sektor yang sistematis dengan memperhitungkan implikasi sistem kesehatan dari keputusan, mencari sinergi dan menghindari dampak kesehatan yang berbahaya, dengan meningkatkan kesehatan penduduk dan pemerataan kesehatan. Pendekatan HiAP diawali dari Deklarasi Alma Ata, Kazakhstan (1978) sebagai tonggak penting dalam mempromosikan pendekatan layanan kesehatan yang berpusat pada masyarakat dan mengakui pentingnya peran layanan kesehatan primer dalam mencapai kesehatan yang optimal bagi semua orang. Dilanjutkan dengan Piagam Ottawa, Kanada (1986), dimana dokumen piagam ini merupakan panduan penting dalam mempromosikan pendekatan yang holistic dan berbasis masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan. Konsep promosi kesehatan diartikan sebagai proses yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka untuk memperbaiki kesehatan. Kemudian berlanjut ke Deklarasi Politik Rio tentang Determinan Sosial Kesehatan (2011)  bertujuan meningkatkan pemahaman dan tindakan terkait faktor sosial, ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

HiAP oleh CISDI

Sesi 1, dimulai dengan perkenalan oleh masing – masing  organisasi dengan mengusung rancangan program inovasi nya. Paparan materi pertama oleh  pertama dr. Yurdhina Meilisa, MSc sebagai Chief Strategist & Act. Chief of  PHC Officer CISDI menyampaikan materi ‘Menempatkan Pertimbangan Kesehatan Dalam Segala Pendekatan Kebijakan’.

“Derajat kesehatan individu semuanya dibentuk oleh sejumlah faktor atau determinan yang beroperasi di tingkat mikro, mezzo dan makro masyarakat. Tingkat mikro atau faktor terdekat sumbernya ada di individu/ keluarga seperti makanan, tempat tinggal dan kesehatan, perilaku beresiko individu dan stresor psikososial. Tingkat mezzo merupakan faktor yang bersumber di lingkungan sekitar, komunitas dan lembaga lokal tempat orang tinggal, status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan di tingkat makro dibentuk oleh faktor ekonomi, nilai budaya, sistem diskriminasi, hak istimewa dan kebijakan publik.” kata Yurdhina. Menyadari faktor-faktor di luar layanan kesehatan sangatlah penting dan terutama dikendalikan oleh kebijakan sektor selain kesehatan, maka sektor lain harus bersedia terlibat dalam bidang kesehatan. “Dalam HiAP,perumusan co-benefit dapat memperluas perspektif, membangun pemahaman dan menciptakan policy champions dan aliansi baru.” tandas Yurdhina.

Praktisi senior kesehatan, drg. Kartini Rustandi. M.,Kes, pada paparan kedua menyampaikan ‘Implementasi Program Kesehatan’. Ibu Kartini menyampaikan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan berdasarkan Teori H.L.Blum ada 4 yaitu faktor keturunan (10%), lingkungan (40%), perilaku (30%) dan layanan kesehatan (20%). Pemateri melanjutkan penjelasannya terkait dengan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan mencontohkan penanganan stunting dan pembudayaan perilaku hidup sehat yang di integrasikan ke dalam semua komponen bangsa.

Pemateri terakhir di sesi 1 oleh dr. Agatha Tyas, MPH, selaku Program Manager for Primary Health Care CISDI dengan materi ‘Implementasi HiAP: Kolaborasi intersektoral dan Praktik Baik di Lapangan’. Dengan menjelaskan elemen-elemen fundamental pendekatan HiAP seperti kolaborasi inter-sektoral, advokasi kebijakan dan pertimbangan terhadap determinan kesehatan yang potensial akan ter dampak. “Meng inisiasi kolaborasi bisa diawali dengan melakukan aktivitas di tingkat komunitas untuk menguatkan kapasitas masyarakat, membangun kepercayaan dan pemetaan stakeholder, datang dengan tidak tangan kosong, minimal sudah ada bahan kajian untuk mendorong kolaborasi dan berikutnya kemampuan untuk mengelola stakeholder dan kegiatan.” ujar Agatha.

Ikuti terus kabar  bootcamp oleh CISDI di platform kami baik melalui website maupun media sosial jaringan Yayasan Lingkar Gagasan Indonesia.