Hal ini tidak banyak kita ketahui dampak produk yang merusak seperti apa terhadap kehidupan karena tertutup oleh minimnya atau miringnya informasi yang diketahui sekaligus kita tidak mampu mengontrol emosi kita. Apalagi dengan konteks saat ini dimana teknologi informasi dan teknologi produksi berkembang semakin canggih dan didukung dengan kapital yang kuat menjadikan industri bak sebagai raksasa yang mengontrol kehidupan umat manusia. Teknologi produksi akan menghasilkan produk untuk memenuhi konsumsi umat manusia dan teknologi informasi akan mencari berbagai jalan untuk melapangkan produk bisa sampai di tangan pembeli. Setelah pandemic COVID 19 menghantam seluruh dunia dan merubah tatanan pola kehidupan manusia, saat ini berangsur – angsur perekonomian mulai menggeliat untuk menggerakan produksi kembali. Di satu sisi pandemi COVID 19 menguntungkan bagi ekologi dimana mampu menurunkan polusi udara secara global, tetapi di sisi yang lain pandemi juga menghasilkan berbagai permasalahan ekologi seperti menghasilkan sampah yang berlipat-lipat dari hasil konsumsi dan sampah medis (semisal masker) yang berlimpah bahkan sampai berujung di laut.
Meng-konstruksi ulang menjadi pembeli yang cerdas dengan “Transparansi Radikal”
Daniel Goleman menyebut “transparansi radikal’ sebagai kekuatan yang saat ini cenderung bergeser dari penjual ke tangan pembeli dengan adanya gerakan yang massif membangun dan menyebarluaskan informasi tentang fakta – fakta produk yang dihasilkan industri berpengaruh terhadap ekologis. Fakta – fakta saat ini terkait kerusakan ekologi sudah bukan sebagai ancaman, melainkan mengarah pada bencana, lalu dengan hal tersebut apakah bisa mengancam kehidupan di masa mendatang?
Jika kamu menjajawab ‘iya’ konsumen dapat membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas dan perusahaan terdorong untuk melihat kembali sistem bisnis mereka.
Tidak mudah memang menjadi pembeli yang cerdas, diperlukan kapasitas dan daya kritis tertentu serta
kemampuan ekonomi, bahkan kemampuan mengendalikan emosi. Suatu kecerdasan dalam membeli suatu produk diperlukan etika yang artinya, etika berbelanja saja tidak bisa menyelamatkan bumi, tetapi diperlukan juga informasi lebih yang memadai dan mudah didapatkan sehingga bisa membentuk pembeli yang peduli terhadap lingkungan. Peranan teknologi informasi dan platform media digital organisasi masyarakat sipil saat ini juga berperan menjadi penyeimbang untuk mengedukasi masyarakat seperti yang dilakukan oleh WWF Indonesia melalui kampanye 6 aksi beli yang baik.
Daniel Goleman menjelaskan lebih lanjut dengan sebuah perumpamaan “ketika amigdala berbelanja”,. Amigdala sendiri merupakan suatu bagian di otak manusia dalam sistem pengaturan emosi, khususnya sebagai radar dalam mendeteksi bahaya. Karena pada dasarnya manusia memiliki sebuah peringatan dini dalam sistem otaknya tentang suatu ancaman bahaya maka, secara alamiah, manusia memiliki naluri untuk memilih apa yang baik atau tidak bagi dirinya…
Recent Comments