by Yoga Ardianta | Sep 26, 2023 | Uncategorized |
Hai sobat Lingga, rangkaian pertemuan HiAP Innovation Bootcamp oleh CISDI & TRACK SDGs yang dilakukan secara daring masih berlanjut di sesi 3 ini pada hari jumat, 22 September 2023, dengan materi yang dibedah adalah Rencana Pelibatan Stakeholder. Narasumber pada materi ini dihadirkan Benazir, selaku Government Affairs di Alpha JWC Ventures yang berpengalaman dalam memantau dan menganalisis perkembangan kebijakan pemerintah yang dapat mempengaruhi operasi dan investasi perusahaan venture capital serta berinteraksi dengan pejabat pemerintah dan lembaga regulasi.
Bena, panggilan akrab dari Benazir menyampaikan tentang definisi stakeholder. “Stakeholder merupakan individu, kelompok, organisasi yang memiliki kepentingan, pengaruh atau keterkaitan terhadap proyek, inisiatif atau organisasi tertentu. Mereka dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh keputusan, tindakan atau hasil dari tindakan tersebut”, terang Bena.
Interaksi yang efektif dengan stakeholder sangat penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengelolaan proyek untuk mencapai hasil yang lebih baik dan berkelanjutan. “Stakeholder engagement plan adalah strategi yang terstruktur yang merinci bagaimana individu, kelompok atau organisasi yang memiliki kepentingan atau keterkaitan dalam suatu proyek, inisiatif atau organisasi akan diperlakukan, berinteraksi dan berkomunikasi selama seluruh siklus proyek,” jelas Bena lebih lanjut.
Apa saja yang dibutuhkan dalam Stakeholder Engagement Plan?
Setidaknya ada 6 elemen yang diperlukan, yaitu :
- Identifikasi Stakeholder : Mengidentifikasi semua pihak terkait yang memiliki kepentingan dalam proyek atau
inisiatif, termasuk pihak yang mungkin memiliki dampak signifikan atau pengaruh terhadap hasil.
- Analisis Kebutuhan dan Harapan : Memahami kebutuhan, harapan, dan masalah yang dimiliki oleh
masing-masing stakeholder untuk menentukan bagaimana mereka dapat berkontribusi atau dipengaruhi oleh
proyek.
- Strategi Komunikasi : Menentukan bagaimana informasi akan disampaikan kepada pihak terkait, seperti melalui
pertemuan, laporan tertulis, presentasi, atau platform media sosial.
- Pendekatan Keterlibatan : Merencanakan bagaimana stakeholder akan dilibatkan dalam pengambilan keputusan,
solusi, atau masukan, untuk menciptakan rasa kepemilikan dan pengaruh positif.
- Manajemen Konflik : Menentukan bagaimana mengatasi konflik atau ke tidak sepahaman yang mungkin timbul di
antara pihak-pihak yang memiliki kepentingan yang berbeda.
- Evaluasi dan Penyesuaian : Mengevaluasi secara teratur bagaimana rencana keterlibatan berjalan, dan melakukan
penyesuaian sesuai dengan perkembangan situasi atau masukan dari pihak terkait.
Selanjutnya narasumber mengajak peserta bootcamp untuk berdiskusi kelompok per organisasi yang dibagi dalam 4 breakout room dengan penugasan mengerjakan worksheet identifikasi stakeholder sesuai dengan usulan program masing-masing organisasi. Dalam penugasan diskusi dikelompok ini, Lingga Indonesia mengidentifikasi stakeholder dengan menggunakan teknik stakeholders analysis matrix dan interest-influence matrix yang berhubungan dengan meningkatnya perkawinan anak di Kabupaten Malang. Teknik ini mengidentifikasi dengan cara pemetaan stakeholder berdasarkan ketertarikan, pengaruh, apa yang penting bagi stakeholder, bagaimana stakeholder dapat berkontribusi/ menghambat proyek dan strategi melibatkan stakeholder.
stakeholder engagement plan pada Program PUSPA Sebagai Gebrakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Berkolaborasi dengan CISDI dalam Penanganan Covid-19.
Setelah selesai diskusi, masing-masing perwakilan kelompok breakout room menyajikan hasil diskusinya untuk direview oleh narasumber dan fasilitator sebagai pembelajaran bersama seluruh peserta. Rangkaian acara dilanjutkan dengan kuis materi stakeholder engagement plan dan mengisi masukan pelaksanaan kegiatan pertemuan sesi 3.
Ikuti terus kabar HiAP Innovation Bootcamp oleh CISDI & TRACK SDGs dari kami.
by Yoga Ardianta | Sep 20, 2023 | Uncategorized |
Yuk cari tau Inovasi Sosial Dan ‘Design Thinking’ Dasar : HiAP Innovation Bootcamp
Hai Sobat Lingga Indonesia kali ini saya akan bagikan proses serta materi pada HiAP Innovation Bootcamp pertemuan ke 2. Pada pertemuan kali ini di laksanakan Jumat, 15 September 2023
Inovasi Sosial dan Design Thinking Dasar
Pada pertemuan ke 2 ini menghadirkan Leorede Thenu selaku Program Director dari Bridge Center. Mengawali pertemuan, pemateri mengajak para peserta untuk brainstorming aktivitas sosial yang sudah dilakukan selama ini. Selanjutnya pemateri menyampaikan materi Inovasi Sosial dengan menyampaikan sebuah quote “Niat baik saja tidak akan cukup untuk menyelesaikan permasalahan sosial, bahkan yang lebih buruk, justru dapat memperburuk permasalahan itu sendiri”.
Inovasi Sosial
“Definisi inovasi sosial adalah sebuah solusi baru terhadap permasalahan sosial yang lebih efektif, efisien, berkelanjutan dan adil dibandingkan solusi yang sudah ada dan memberikan nilai tambah terutama bagi masyarakat secara keseluruhan di bandingkan individu”, kata Leo. Pemateri menyajikan sebuah cerita Dilema Kisah Bintang Laut untuk menggali pendapat peserta. “Jadi Inovasi sosial sama dengan intervensi sosial untuk menghasilkan perubahan sosial. Perubahan sosial merupakan hal yang kompleks, hal ini bukan hanya tentang berangkat dari titik A ke titik B”, sambung Leo.
Design Thinking
Design Thinking adalah suatu proses perumusan dan pemecahan masalah yang berfokus pada manusia sebagai seorang pengguna.
Dalam penerapannya design thinking terdiri atas lima tahapan, di antaranya:
- Emphatise (empati) : Pendekatan empati digunakan untuk memahami kebutuhan pengguna (user), yaitu dengan melihat dari sudut pandang mereka.
- Define : mendefinisikan masalah dengan cara mengumpulkan informasi yang sudah diperoleh lalu melakukan observasi untuk mencari tahu kebutuhan pengguna.
- Ideate : atau menghasilkan ide dilakukan dengan mengumpulkan solusi sebanyak-banyaknya untuk mengatasi masalah yang telah ditemukan. Tahap ini biasanya dilakukan dengan proses brainstorming dan membuat mindmap bersama tim.
- Prototype : Prototipe bisa di artikan sebagai model dengan membuat model atau contoh inovasi (produk) sebenarnya, agar nantinya dapat diuji. Dengan membuat prototipe, Anda akan mengetahui model atau inovasi (ide) mana yang paling memenuhi kebutuhan pengguna.
- Test : Langkah terakhir dalam design thinking adalah pengujian atau testing. Setelah prototipe terbaik telah disusun, lakukan pengujian terhadap user dengan melihat apakah inovasi sosial tersebut sudah menjawab kebutuhan mereka.
design thinking
Dalam proses di masyarakat, banyak terjadi 5 tahapan design thinking memerlukan proses yang berulangkali dalam setiap tahapnya sampai menghasilkan temuan masalah sesungguhnya yang dirasakan oleh masyarakat. “Elemen pada design thinking terdiri dari User-centered, Iterative, Highly creative dan Hands on”, jelas Leo.
Prinsip dasar design thinkin g
- Human-centered: fokus pada pengguna merupakan prinsip dasar dalam design thinking. Produk yang dibuat harus menjadi solusi atas masalah konsumen dan mampu memenuhi kebutuhan penggunanya dengan baik.
- Kreativitas: untuk melihat masalah dari perspektif yang berbeda dan mempertimbangkan berbagai solusi.
- Iteratif: design thinking merupakan proses yang berulang sampai menemukan solusi yang terbaik untuk pengguna.
- Kolaboratif: mendorong kerjasama antar tim dengan beragam perspektif dan sudut pandang berbeda.
- Prototype-driven: pembuatan prototipe untuk merealisasikan ide dan memperoleh feedback.
Dalam hal ini Lingga Indonesia membuat design thinking berkaitan dengan isu perkawinan anak yang marak terjadi di Kabupaten Malang dan dampak yang akan terjadi bila tidak ditangani melalui intervensi program seperti potensi terjadinya kekerasan berbasis seksual dan gender, pemenuhan hak kesehatan seksual dan reproduksi yang akan terabaikan dan lain sebagainya.
Bagi organisasi, banyak manfaat yang bisa diambil dari penggunaan design thinking diantaranya organisasi dapat lebih mudah memahami kebutuhan calon pengguna dengan lebih baik, meningkatkan efisiensi proses desain, membantu menciptakan inovasi baru dan mengurangi resiko kegagalan produk.
Sekitar pukul 16.00 lebih rangkaian materi pada pertemuan ke 2 diakhiri oleh panitia dengan menjawab quis dan mengisi link umpan balik proses kegiatan.
Editor : Iwan
by Yoga Ardianta | Sep 12, 2023 | Uncategorized |
CISDI & TRACK SDGS memulai kegiatan HiAP Innovation Bootcamp secara daring pada hari Jumat, 8 September 2023. Kegiatan ini dilakukan selama 6 kali pertemuan di bulan September – Oktober 2023 tahun ini. Setidaknya terdapat 35 organisasi masyarakat sipil dan instansi dari 14 propinsi yang turut serta dalam kegiatan ini. Dalam kesempatan kali ini Lingga Indonesia dalam hal ini terpilih menjadi salah satu peserta kegiatan yang diwakili 2 orang.
SEJARAH HiAP
Health in All Policies (HiAP) adalah pendekatan kebijakan publik lintas sektor yang sistematis dengan memperhitungkan implikasi sistem kesehatan dari keputusan, mencari sinergi dan menghindari dampak kesehatan yang berbahaya, dengan meningkatkan kesehatan penduduk dan pemerataan kesehatan. Pendekatan HiAP diawali dari Deklarasi Alma Ata, Kazakhstan (1978) sebagai tonggak penting dalam mempromosikan pendekatan layanan kesehatan yang berpusat pada masyarakat dan mengakui pentingnya peran layanan kesehatan primer dalam mencapai kesehatan yang optimal bagi semua orang. Dilanjutkan dengan Piagam Ottawa, Kanada (1986), dimana dokumen piagam ini merupakan panduan penting dalam mempromosikan pendekatan yang holistic dan berbasis masyarakat dalam upaya meningkatkan kesehatan. Konsep promosi kesehatan diartikan sebagai proses yang memungkinkan masyarakat meningkatkan kontrol atas kesehatan mereka untuk memperbaiki kesehatan. Kemudian berlanjut ke Deklarasi Politik Rio tentang Determinan Sosial Kesehatan (2011) bertujuan meningkatkan pemahaman dan tindakan terkait faktor sosial, ekonomi dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
HiAP oleh CISDI
Sesi 1, dimulai dengan perkenalan oleh masing – masing organisasi dengan mengusung rancangan program inovasi nya. Paparan materi pertama oleh pertama dr. Yurdhina Meilisa, MSc sebagai Chief Strategist & Act. Chief of PHC Officer CISDI menyampaikan materi ‘Menempatkan Pertimbangan Kesehatan Dalam Segala Pendekatan Kebijakan’.
“Derajat kesehatan individu semuanya dibentuk oleh sejumlah faktor atau determinan yang beroperasi di tingkat mikro, mezzo dan makro masyarakat. Tingkat mikro atau faktor terdekat sumbernya ada di individu/ keluarga seperti makanan, tempat tinggal dan kesehatan, perilaku beresiko individu dan stresor psikososial. Tingkat mezzo merupakan faktor yang bersumber di lingkungan sekitar, komunitas dan lembaga lokal tempat orang tinggal, status sosial ekonomi keluarga. Sedangkan di tingkat makro dibentuk oleh faktor ekonomi, nilai budaya, sistem diskriminasi, hak istimewa dan kebijakan publik.” kata Yurdhina. Menyadari faktor-faktor di luar layanan kesehatan sangatlah penting dan terutama dikendalikan oleh kebijakan sektor selain kesehatan, maka sektor lain harus bersedia terlibat dalam bidang kesehatan. “Dalam HiAP,perumusan co-benefit dapat memperluas perspektif, membangun pemahaman dan menciptakan policy champions dan aliansi baru.” tandas Yurdhina.
Praktisi senior kesehatan, drg. Kartini Rustandi. M.,Kes, pada paparan kedua menyampaikan ‘Implementasi Program Kesehatan’. Ibu Kartini menyampaikan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan berdasarkan Teori H.L.Blum ada 4 yaitu faktor keturunan (10%), lingkungan (40%), perilaku (30%) dan layanan kesehatan (20%). Pemateri melanjutkan penjelasannya terkait dengan pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia dengan mencontohkan penanganan stunting dan pembudayaan perilaku hidup sehat yang di integrasikan ke dalam semua komponen bangsa.
Pemateri terakhir di sesi 1 oleh dr. Agatha Tyas, MPH, selaku Program Manager for Primary Health Care CISDI dengan materi ‘Implementasi HiAP: Kolaborasi intersektoral dan Praktik Baik di Lapangan’. Dengan menjelaskan elemen-elemen fundamental pendekatan HiAP seperti kolaborasi inter-sektoral, advokasi kebijakan dan pertimbangan terhadap determinan kesehatan yang potensial akan ter dampak. “Meng inisiasi kolaborasi bisa diawali dengan melakukan aktivitas di tingkat komunitas untuk menguatkan kapasitas masyarakat, membangun kepercayaan dan pemetaan stakeholder, datang dengan tidak tangan kosong, minimal sudah ada bahan kajian untuk mendorong kolaborasi dan berikutnya kemampuan untuk mengelola stakeholder dan kegiatan.” ujar Agatha.
Ikuti terus kabar bootcamp oleh CISDI di platform kami baik melalui website maupun media sosial jaringan Yayasan Lingkar Gagasan Indonesia.
Recent Comments